Pabrikan Apple membuka kembali pabrik — tetapi kurang dari 10% karyawan yang muncul
Foto: Steve Jurvetson/Flickr CC
Produsen iPhone utama Foxconn terus merasakan dampak dari wabah virus corona yang mematikan di China. Perusahaan baru-baru ini membuka kembali pabriknya di kota Zhengzhou, Cina tengah timur, tetapi kurang dari 10% dari tenaga kerjanya kembali bekerja, menurut Reuters.
Sementara itu, pemerintah China menolak permintaan Foxconn untuk membuka kembali pabriknya di kota Shenzhen, China selatan.
Penutupan terkait virus corona di China terus mendatangkan malapetaka pada rantai pasokan Apple dan perusahaan elektronik lainnya.
Analis Apple Ming-Chi Kuo menyebut pabrik Zhengzhou yang dibuka kembali oleh Foxconn sebagai "situs produksi iPhone paling kritis.” Pabrik tersebut memproduksi handset Apple termasuk seri iPhone 11 dan iPhone SE 2 mendatang.
Efek virus corona pada produksi iPhone
Dengan kurang dari 10% dari karyawan pabrik Zhengzhou kembali bekerja, produksi iPhone pasti akan terpukul. Mengingat skala Foxconn, bahkan pengurangan tenaga kerja berarti sekitar 16.000 orang. Meskipun demikian, kehilangan 90% pekerja membuat pabrik kekurangan staf secara besar-besaran saat Apple bersiap untuk meningkatkan produksi iPhone.
Reuters mengatakan pihak berwenang di Shenzhen akan melakukan pemeriksaan akhir pekan ini untuk memastikan langkah-langkah pengendalian virus ada di pabrik Foxconn di sana. Jika perusahaan melakukan perubahan, pabrik bisa dibuka kembali.
Pada hari Senin, firma riset pasar Trendforce memangkas perkiraan kalender Q1 2020 untuk produksi iPhone sekitar 10% karena wabah virus corona. Trendforce berpikir akan produsen akan membangun sekitar 41 juta handset selama kuartal tersebut.
Lebih dari 900 orang sejauh ini telah meninggal dari virus corona di Cina. Kasus-kasus muncul di sejumlah negara lain di seluruh dunia juga. Kematian akibat virus corona di China kini melampaui jumlah orang yang meninggal akibat epidemi SARS 2002-3. Wabah itu menewaskan 774 orang di seluruh dunia.